Saturday, September 26, 2020

Saat Sri Mulyani Pastikan RI Resesi di Akhir September

Terpopuler Sepekan Saat Sri Mulyani Pastikan RI Resesi di Akhir September Tim detikcom - detikFinance Sabtu, 26 Sep 2020 17:45 WIB 1 komentar SHARE URL telah disalin Sri Mulyani Foto: Ari Saputra Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resmi resesi pada kuartal III-2020. Hal itu menyusul revisi proyeksi yang dilakukan Kementerian Keuangan. Sri Mulyani mengatakan, pihak Kementerian Keuangan melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7% sampai minus 0,6%. "Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7% sampai minus 0,6%. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal 3," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (22/9) lalu. Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 minus 5,32%. Resesi akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional kembali negatif di kuartal berikutnya. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut. "Dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal 4 yang kita upayakan bisa mendekati 0 atau positif," jelasnya. Baca juga: Ini Pilihan Investasi Jelang Resesi, Mana yang Paling Aman? Meski secara tahunan ekonomi nasional berada di zona negatif, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku angka proyeksi Kementerian Keuangan tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional. Seperti World Bank atau Bank Dunia berada di level 0%, IMF di level minus 0,3%, OECD di level minus 3,3%, ADB di level minus 1%, dan Bloomberg di level minus 1%. "Tahun depan, kita gunakan sesuai RUU APBN 2021 yakni 4,5-5,5% dengan forecast titik di 5,0%. Bagi institusi lain, rata- rata berkisar antara 5-6%. OECD tahun depan prediksi 5,3, ADB sama 5,3, Bloomberg median view 5,4, IMF 6,1, WB 4,8," katanya. "Semua forecast ini subject to atau tergantung pada perkembangan COVID dan bagaimana ini pengaruhi aktivitas ekonomi," ungkapnya.

Wednesday, September 9, 2020

BEI Sudah 7 Kali Lakukan Trading Halt Sepanjang 2020

BEI Sudah 7 Kali Lakukan Trading Halt Sepanjang 2020 Maulandy Rizky Bayu KencanaMaulandy Rizky Bayu Kencana 10 Sep 2020, 13:30 WIB IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018 Perbesar Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani) Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Itu dilakukan pada pukul 10:36 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) akibat penurunan IHSG mencapai 5 persen. Berdasarkan pantauan pada pukul 11:40 waktu JATS, perdagangan IHSG jatuh 257 poin atau 5,00 persen ke level 4.891,87 dibanding sesi penutupan perdagangan Rabu, 9 September 2020. Baca Juga Jakarta Kembali Terapkan PSBB, Indonesia Dipastikan Masuk Jurang Resesi Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mencatat, telah ada sebanyak 7 kali trading Halt di sepanjang 2020 ini. Kejadian pertama terjadi pada 12 Maret 2020, ketika perdagangan IHSG merosot 5 persen ke posisi 4.895,74. "Posisi Index pada halt terakhir mirip dengan posisi Index pada trading halt pertama di awal 2020," kata Laksono dalam pesan tertulis, Kamis (10/9/2020). Menurut laporan BEI, pergerakan IHSG konstan menurun pada masa-masa awal penyebaran pandemi virus corona (Covid-19) di Maret 2020. Tercatat saat itu, perdagangan saham kembali dibekukan sementara untuk yang kedua kali pada 13 Maret 2020, pasca IHSG tergelincir 5 persen menuju 4.650,58. BEI kembali menerapkan trading halt 4 hari berselang pada 17 Maret 2020. Kali ini kejatuhannya semakin dalam, yakni hingga level 4.456,09. Trading halt kembali terjadi pada 19 Maret dan 23 Maret. Kebijakan tersebut diberlakukan pada 19 Maret lantaran harga saham gabungan turun 5 persen ke 4.113.64. Pergerakan IHSG semakin terperosok di 23 Maret, ketika terjadi penurunan 5 persen hingga di bawah level 4.000, yakni pada posisi 3.985,07. Suspensi terakhir pasar saham sebelum 10 September 2020 terjadi pada 30 Maret. Pada saat itu pergerakan perdagangan saham dibekukan setelah ambles 5 persen ke level 4.318,29. 2 dari 2 halaman

Perdagangan Sempat Dihentikan, IHSG Ditutup Anjlok 5 Persen ke 4.891,46

Perdagangan Sempat Dihentikan, IHSG Ditutup Anjlok 5 Persen ke 4.891,46 Maulandy Rizki Bayu KencanaMaulandy Rizki Bayu Kencana 10 Sep 2020, 16:13 WIB IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau Perbesar Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar) Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Selama perdagangan, IHSG terus bergerak di zona merah bahkan hingga dibekukan karena turun lebih dari 5 persen Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (10/9/2020), IHSG ditutup anjlok 257,91 poin atau 5,01 persen ke posisi 4.891,46. Sementara, indeks saham LQ45 juga turun 6 persen ke posisi 756,11. Baca Juga Implementasi Harga Gas USD 6/MMBTU Beri Dampak Positif Sektor Industri Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.084,48 dan terendah 4.878,28. Pada sesi penutupan pedagangan, hanya 50 saham menguat. Sementara 444 saham melemah dan 97 saham diam di tempat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 723.174 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,3 triliun. Investor asing jual saham Rp 668,87 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.830. Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, seluruhnya berapa di zona merah. Pelemahan dipimpin oleh sektor keuangan yang anjlok 5,94 persen. Kemudian diikuti sektor aneka industri yang turun 5,9 persen dan sektor industri dasar turun 5,62 persen. Saham yang menguat antara lain ROCK yang naik 25 persen ke Rp 1.675 per lembar saham. Kemudian HOMI yang naik 24,74persen ke Rp 474 per lembar saham dan SOHO yang naik 24,73 persen ke Rp 3.530 per lembar saham. Saham yang melemah antara lain PPGL yang melemah 6,99 persen ke Rp 133 per lembar saham. Kemudian PEHA turun 7,1 4 persen ke Rp 1.395 per lembar saham dan PANR turun 7 persen ke Rp 93 per lembar. 2 dari 3 halaman IHSG Anjlok 5 Persen, BEI Terapkan Trading Halt IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018 Perbesar Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani) PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Itu dilakukan pada pukul 10:36 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) akibat penurunan IHSG mencapai 5 persen. Berdasarkan pantauan pada pukul 11:40 waktu JATS, perdagangan IHSG jatuh 257 poin atau 5,00 persen dibanding sesi penutupan perdagangan Rabu, 9 September 2020 di level 5.159. Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono menjelaskan tentang penghentian sementara untuk rentang waktu 30 menit perdagangan ini. "Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Kamis, 10 September 2020 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia," kata Yulianto, Kamis (10/9/2020). Hal ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat. "Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:06:18 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan," ujar Yulianto. 3 dari 3 halaman Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: IHSG Saham Bursa saham trading halt Bursa Efek Indonesia 0%suka 0%lucu 0%kaget 0%sedih 0%marah Kredit Maulandy Rizki Bayu Kencana Septian Deny