Tuesday, December 29, 2020

Ambil Untung Besar-Besaran, IHSG Tumbang 0,94% pada Penutupan Sesi II

 

Ambil Untung Besar-Besaran, IHSG Tumbang 0,94% pada Penutupan Sesi II

                        Selasa, 29 Desember 2020, 15:10 WIB                   
                           
               
                                                                                            Ambil Untung Besar-Besaran, IHSG Tumbang 0,94% pada Penutupan Sesi II                                                           
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
                           
               
                                                WE Online, Jakarta -                       
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,94% ke level 6.036,17 pada penutupan sesi II, Selasa, 29 Desember 2020. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak dalam jangkauan level terendah 6.026,71 hingga level tertinggi 6.143,87.
Aksi ambil untung mewarnai perdagangan jelang akhir tahun 2020. Bursa mencatat, dalam sehari nilai jual bersih yang terhimpun mencapai Rp361,63 miliar. Jika dikalkulasikan, nilai tersebut setara dengan Rp840,80 miliar. Baca Juga: Habiskan Rp300 Miliar Buat Tambang Emas, Saham Perusahaan Sri Prakash Lohia Kinclong!
Sejumlah 23,49 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi 1.216.003 kali dan membukukan nilai transaksi harian sebesar Rp14,42 triliun. Pergerakan saham yang terpantau meliputi 154 saham naik, 331 saham turun, dan 137 saham lainnya stagnan. Baca Juga: Masih Seumur Jagung, Kalbe Farma Terpaksa Tutup Anak Perusahaan Gara-Gara...
Tiga indeks saham Asia menguat pada sore ini, yakni Nikkei naik 2,66%, Hang Seng naik 0,96%, dan Strait Times naik 0,34%. Sementara itu, indeks Shanghai melemah sebesar 0,54%.

Saturday, September 26, 2020

Saat Sri Mulyani Pastikan RI Resesi di Akhir September

Terpopuler Sepekan Saat Sri Mulyani Pastikan RI Resesi di Akhir September Tim detikcom - detikFinance Sabtu, 26 Sep 2020 17:45 WIB 1 komentar SHARE URL telah disalin Sri Mulyani Foto: Ari Saputra Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resmi resesi pada kuartal III-2020. Hal itu menyusul revisi proyeksi yang dilakukan Kementerian Keuangan. Sri Mulyani mengatakan, pihak Kementerian Keuangan melakukan update proyeksi perekonomian Indonesia untuk tahun 2020 secara keseluruhan menjadi minus 1,7% sampai minus 0,6%. "Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7% sampai minus 0,6%. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal 3," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (22/9) lalu. Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 minus 5,32%. Resesi akan terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional kembali negatif di kuartal berikutnya. Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut. "Dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal 4 yang kita upayakan bisa mendekati 0 atau positif," jelasnya. Baca juga: Ini Pilihan Investasi Jelang Resesi, Mana yang Paling Aman? Meski secara tahunan ekonomi nasional berada di zona negatif, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku angka proyeksi Kementerian Keuangan tidak sedalam proyeksi beberapa lembaga internasional. Seperti World Bank atau Bank Dunia berada di level 0%, IMF di level minus 0,3%, OECD di level minus 3,3%, ADB di level minus 1%, dan Bloomberg di level minus 1%. "Tahun depan, kita gunakan sesuai RUU APBN 2021 yakni 4,5-5,5% dengan forecast titik di 5,0%. Bagi institusi lain, rata- rata berkisar antara 5-6%. OECD tahun depan prediksi 5,3, ADB sama 5,3, Bloomberg median view 5,4, IMF 6,1, WB 4,8," katanya. "Semua forecast ini subject to atau tergantung pada perkembangan COVID dan bagaimana ini pengaruhi aktivitas ekonomi," ungkapnya.

Wednesday, September 9, 2020

BEI Sudah 7 Kali Lakukan Trading Halt Sepanjang 2020

BEI Sudah 7 Kali Lakukan Trading Halt Sepanjang 2020 Maulandy Rizky Bayu KencanaMaulandy Rizky Bayu Kencana 10 Sep 2020, 13:30 WIB IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018 Perbesar Pengunjung mengambil foto layar indeks harga saham gabungan yang menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Sebelumnya, Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin.(Liputan6.com/Faizal Fanani) Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Itu dilakukan pada pukul 10:36 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) akibat penurunan IHSG mencapai 5 persen. Berdasarkan pantauan pada pukul 11:40 waktu JATS, perdagangan IHSG jatuh 257 poin atau 5,00 persen ke level 4.891,87 dibanding sesi penutupan perdagangan Rabu, 9 September 2020. Baca Juga Jakarta Kembali Terapkan PSBB, Indonesia Dipastikan Masuk Jurang Resesi Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mencatat, telah ada sebanyak 7 kali trading Halt di sepanjang 2020 ini. Kejadian pertama terjadi pada 12 Maret 2020, ketika perdagangan IHSG merosot 5 persen ke posisi 4.895,74. "Posisi Index pada halt terakhir mirip dengan posisi Index pada trading halt pertama di awal 2020," kata Laksono dalam pesan tertulis, Kamis (10/9/2020). Menurut laporan BEI, pergerakan IHSG konstan menurun pada masa-masa awal penyebaran pandemi virus corona (Covid-19) di Maret 2020. Tercatat saat itu, perdagangan saham kembali dibekukan sementara untuk yang kedua kali pada 13 Maret 2020, pasca IHSG tergelincir 5 persen menuju 4.650,58. BEI kembali menerapkan trading halt 4 hari berselang pada 17 Maret 2020. Kali ini kejatuhannya semakin dalam, yakni hingga level 4.456,09. Trading halt kembali terjadi pada 19 Maret dan 23 Maret. Kebijakan tersebut diberlakukan pada 19 Maret lantaran harga saham gabungan turun 5 persen ke 4.113.64. Pergerakan IHSG semakin terperosok di 23 Maret, ketika terjadi penurunan 5 persen hingga di bawah level 4.000, yakni pada posisi 3.985,07. Suspensi terakhir pasar saham sebelum 10 September 2020 terjadi pada 30 Maret. Pada saat itu pergerakan perdagangan saham dibekukan setelah ambles 5 persen ke level 4.318,29. 2 dari 2 halaman

Perdagangan Sempat Dihentikan, IHSG Ditutup Anjlok 5 Persen ke 4.891,46

Perdagangan Sempat Dihentikan, IHSG Ditutup Anjlok 5 Persen ke 4.891,46 Maulandy Rizki Bayu KencanaMaulandy Rizki Bayu Kencana 10 Sep 2020, 16:13 WIB IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau Perbesar Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar) Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Selama perdagangan, IHSG terus bergerak di zona merah bahkan hingga dibekukan karena turun lebih dari 5 persen Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (10/9/2020), IHSG ditutup anjlok 257,91 poin atau 5,01 persen ke posisi 4.891,46. Sementara, indeks saham LQ45 juga turun 6 persen ke posisi 756,11. Baca Juga Implementasi Harga Gas USD 6/MMBTU Beri Dampak Positif Sektor Industri Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 5.084,48 dan terendah 4.878,28. Pada sesi penutupan pedagangan, hanya 50 saham menguat. Sementara 444 saham melemah dan 97 saham diam di tempat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 723.174 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,3 triliun. Investor asing jual saham Rp 668,87 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.830. Dari 10 sektor saham pembentuk IHSG, seluruhnya berapa di zona merah. Pelemahan dipimpin oleh sektor keuangan yang anjlok 5,94 persen. Kemudian diikuti sektor aneka industri yang turun 5,9 persen dan sektor industri dasar turun 5,62 persen. Saham yang menguat antara lain ROCK yang naik 25 persen ke Rp 1.675 per lembar saham. Kemudian HOMI yang naik 24,74persen ke Rp 474 per lembar saham dan SOHO yang naik 24,73 persen ke Rp 3.530 per lembar saham. Saham yang melemah antara lain PPGL yang melemah 6,99 persen ke Rp 133 per lembar saham. Kemudian PEHA turun 7,1 4 persen ke Rp 1.395 per lembar saham dan PANR turun 7 persen ke Rp 93 per lembar. 2 dari 3 halaman IHSG Anjlok 5 Persen, BEI Terapkan Trading Halt IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018 Perbesar Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani) PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Itu dilakukan pada pukul 10:36 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) akibat penurunan IHSG mencapai 5 persen. Berdasarkan pantauan pada pukul 11:40 waktu JATS, perdagangan IHSG jatuh 257 poin atau 5,00 persen dibanding sesi penutupan perdagangan Rabu, 9 September 2020 di level 5.159. Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono menjelaskan tentang penghentian sementara untuk rentang waktu 30 menit perdagangan ini. "Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Kamis, 10 September 2020 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia," kata Yulianto, Kamis (10/9/2020). Hal ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat. "Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:06:18 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan," ujar Yulianto. 3 dari 3 halaman Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: IHSG Saham Bursa saham trading halt Bursa Efek Indonesia 0%suka 0%lucu 0%kaget 0%sedih 0%marah Kredit Maulandy Rizki Bayu Kencana Septian Deny

Friday, March 13, 2020

Bursa Global Rontok, IHSG Jeblok, Bos OJK: Jangan Panik!

Bursa Global Rontok, IHSG Jeblok, Bos OJK: Jangan Panik!

MARKET - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia13 March 2020 11:34
SHARE  
Bursa Global Rontok, IHSG Jeblok, Bos OJK: Jangan Panik!                 
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa hari terakhir ini diharapkan tidak membuat investor dan pelaku pasar panik karena tekanan tak hanya dirasakan RI, melainkan seluruh bursa utama di dunia akibat virus corona (COVID-19).



"Imbau ke pengusaha yang punya portofolio di pasar modal, tidak perlu panik, yang baik kita lakukan untuk mengurangi dampak minimal. [Kami] punya protokol yang jelas dan transparan baik OJK dan Bursa [Bursa Efek Indonesia]," tegas Wimboh Santoso, Ketua Dewan Komisioner OJK, usai konferensi pers bersama Kemenko Perekonomian demi penanganan corona di Jakarta, Jumat (13/3/2020).



"Ini kalau sampai [IHSG] turun lagi, berikutnya kami sudah punya step-step yang harus dilakukan," kata Wimboh.








Dia mengatakan paket stimulus yang dikeluarkan pemerintah tidak langsung berpengaruh ke pasar modal, tetapi bisa memberikan kepercayaan diri kepada pengusaha di mana sektor-sektornya terimbas langsung dan tak langsung dari virus corona.



"Penyebab turunnya di indeks pasar modal karen sentimen negatif, dan semua pasar modal saling berkaitan, dan apabila dunia turun. Sentimen melebar ke mana-mana, termasuk Indonesia," kata Wimboh.



Menurut Wimboh, beberapa stimulus kepada pelaku usaha yang sudah dirilis bisa memberikan sentimen positif. "Dan kita beri ruang luas ke pengusaha, emiten di pasar modal Indonesia untuk perbaikan yang cepat dan tidak bisa menghindari corona virus," jelasnya.



"Yanga bisa lakukan berikan ruang untuk bisa berusaha dan punya napas panjang untuk sambil menunggu agar ini corona virus cepat selesai. Upaya bukan Indonesia saja, tapi seluruh dunia juga harus melakukan sama. Karena ini global sifatnya."





Pagi ini, IHSG sempat dihentikan sementara selama 30% setelah ambles 5,01% ke level 4.650,58, yang membuat sistem JATS secara otomatis menghentikan perdagangan. IHSG kembali dibuka pada pukul 09.45 WIB. Setelah trading halt (penghentian sementara) selesai, IHSG dibuka dan koreksi berkurang sekitar 4,89% di level 4.655.



Trading halt merupakan salah satu bagian dari protokol bursa untuk menahan agar indeks bursa saham tanah air tidak anjlok lebih dalam. Protokol ini berlaku ketika IHSG anjlok 5%. Konsekuensinya adalah perdagangan diberhentikan untuk sementara selama 30 menit.
"Hal ini dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat. Perdagangan akan dilanjutkan pukul 09:45:33 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan," kata Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono.

Dampak Korona Berkepanjangan

  • Dampak Korona Berkepanjangan

    Bursa Saham di Seluruh Dunia Anjlok
    Jumat, 13 Maret 2020 | 00:14 WIB
    Penulis:
    Red
    JAKARTA, suaramerdeka.com - Pandemi virus korona (Covid-19) bakal menimbulkan dampak berkepanjangan. Apalagi Amerika Serikat telah menutup semua penerbangan dari Eropa. Bursa saham di seluruh dunia, Kamis (12/3) dilaporkan anjlok.
    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (11/3), anjlok 5,01 persen hingga terkena penghentian perdagangan atau trading halt pada pukul 15.33.
    Mekanisme trading halt dilakukan otoritas BEI dengan menutup semua transaksi lebih cepat dari biasanya pukul 16.15. Pada saat dilakukan penghentian perdagangan, IHSG terjun bebas melemah 258 poin atau 5,01 persen ke level 4.895.
    Kebijakan trading halt itu diambil BEI dengan menindaklanjuti Surat Perintah Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 10 Maret 2020 perihal Perintah Melakukan Trading Halt Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Pasar Modal Mengalami Tekanan.
    Atas keputusan itu, jika terjadi penurunan yang sangat tajam atas dalam satu hari bursa yang sama, maka diterapkan trading halt (penghentian perdagangan) 30 menit jika mengalami pelemahan 5 persen dan dilakukan lagi 30 menit jika mengalami penurunan 10 persen.
    Selain itu juga diterapkan trading suspend bila IHSG turun hingga 15 persen. Pada perdagangan Kamis (12/3), IHSG memang cukup ambles sejak awal perdagangan pagi hari.
    IHSG dibuka negatif dengan meninggalkan level 5.000, tepatnya terkoreksi sebanyak 185 poin (3,59 persen) ke level 4.968. Adapun indeks LQ45 juga melemah 42 poin (5,2 persen) ke 776.
    Hingga sesi I berakhir pada Kamis siang, IHSG turun hingga 151 poin (2,9 persen) ke level 5.002. Sedangkan indeks LQ45 turun 25 poin (3,13 persen) ke level 794.
    ”Melemahnya IHSG khususnya, maupun indeks global pada umumnya, lebih dipengaruhi oleh faktor penyebaran Covid-19 yang secara masih masif dan telah dideklarasikan WHO sebagai pandemik internasional karena penyebaran virus tersebut telah mencapai 118 negara,” kata Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama di Jakarta, Kamis (12/3).
    Dari data BEI, terjungkalnya IHSG ke level 4.895 atau anjlok 258 poin (5,01 persen) dalam perdagangan kemarin, dipicu seluruh sektor terkoreksi dengan sektor industri dasar turun paling dalam yaitu minus 8,48 persen, diikuti sektor pertanian dan sektor pertambangan dasar masing-masing minus 4,71 persen dan minus 4,6 persen.
    Penutupan IHSG juga diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp 256,86 miliar.
    Adapun frekuensi perdagangan saham di BEI, tercatat sebanyak 421.049 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 5,32 miliar lembar saham senilai Rp 5,98 triliun.
    Sebanyak 39 saham naik, 398 saham menurun, dan 80 saham tidak bergerak nilainya. IHSG tidak anjlok sendirian.
    Saham-saham di bursa regional Asia, Kamis (12/3) sore juga berguguran. Indeks Nikkei melemah 856,5 poin atau 4,41 persen ke 18.559,6, Indeks Hang Seng melemah 922,5 poin (3,66 persen) ke 24.309,1, dan Indeks Straits Times melemah 105,08 poin (3,77 persen) ke 2.678,64.
    Disusul bursa saham Amerika Serikat (AS), Kamis (12/3) juga kompak ditutup melemah. Dow Jones ditutup melemah 23,553.22 (5.86 persen), NASDAQ melemah 7,952.05 (4.70 persen), dan S&P 500 melemah 2,741.38 (4.89 persen).
    Saham global anjlok dan harga minyak merosot setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan larangan perjalanan dari Eropa untuk membendung wabah korona. Kebijakan Trump juga mengancam lebih banyak gangguan terhadap ekonomi dunia.
    Saham Eropa, kemarin (12/3), anjlok ke level terendah dalam hampir empat tahun terakhir, dengan indeks acuan STOXX 600 turun 4,9 persen di awal pembukaan. Sementara itu saham perjalanan dan liburan turun 8,6 persen, mencapai level terendah dalam lebih dari enam tahun.
    Penurunan ini mendorong MSCI All-Country World Index, yang memantau saham di 49 negara, ke dalam bear market atau suatu kondisi pasar saham di mana harga saham sedang mengalami trend melemah atau turun. Indeks MSCI turun hampir 2 persen, kemarin.
    Investor juga bergegas ke aset aman dari obligasi ke emas, yen, dan franc Swiss. Mata uang yen dianggap sebagai investasi aman di saat krisis, nilainya lompat 1 persen lebih terhadap dolar AS.
    Saham berjangka AS (ESc1) anjlok hingga 4,9 persen di Asia dan terakhir diperdagangkan turun 4,07 persen. SPX juga kehilangan 4,89 persen, meninggalkan indeks di ambang bear market.
    Ketakutan ini meninggalkan jejak merah di banyak pasar. Nikkei Jepang N225 anjlok 4,4 persen ke tingkat terendah dalam hampir tiga tahun, sementara indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 4,7 persen.
    Saham Australia jatuh 7,4 persen ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun sementara Kospi Seoul KS11 turun 4,8 persen ke posisi terendah dengan penjualan besar-besaran yang mendorong penghentian sementara perdagangan Saham Thailand SETI juga merosot 8,8 persen ke posisi terendah dalam delapan tahun.
    Adapun bursa saham Hong Kong jatuh 3,8 persen di sesi pertamanya. Bursa saham di Sydney dan Bangkok lebih parah lagi, masing-masing jatuh hampir 7 dan 8 persen.
    Untuk bursa saham Singapura turun lebih dari 3 persen. Bursa saham Shanghai turun 1,3 persen. Di sisi lain harga minyak mentah anjlok lagi pada perdagangan kemarin.
    Harga minyak mentah kontrak berjangka Brent dihargai US$ 33,86/barel atau turun 5,39 persen dan minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) nyungsep 5,4 persen ke level US$ 31,2/barel. Anjloknya harga minyak membuat ketidakpastian global meningkat.
    Perekonomian global kembali masuk ke dalam lautan badai. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan (OECD) merevisi pertumbuhan ekonomi global pada 2020 dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 2,4 persen.
    Penyebab Tekanan
    Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal II OJK, Fahri Hilmi menjelaskan, terdapat tiga faktor yang menyebabkan pasar modal Indonesia mengalami tekanan yang secara year to date (ytd) sejak Januari 2020 hingga saat ini mengalami penurunan 21 persen.
    ”Sekarang indeks sudah liar, bisa dibayangkan biasanya 6.000 sekarang 4.948 jadi year to date dari Januari sudah turun 21 persen, dan dari Maret tahun lalu sudah turun 24 persen,” kata Fahri di Hotel Mercure, Padang, seperti dilansir dari Antara, Kamis (12/3).
    Fahri menyatakan tekanan tersebut tidak hanya terjadi untuk pasar modal Indonesia saja, namun juga beberapa negara lain seperti bursa saham Singapura turun 3,04 persen.
    ”Sebenarnya tidak hanya Indonesia, tapi indeks-indeks negara lain juga. Singapura sudah turun 3,04 persen, Hang Seng turun 3,68 persen, Nikkei turun 4,41 persen, dan itu berlanjut minimal sejak satu bulan terakhir,” katanya.
    Dia menambahkan, tekanan terhadap pasar modal dunia tersebut disebabkan oleh tiga faktor, yaitu wabah virus korona (Covid-19), perang harga minyak, dan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
    Fahri menjelaskan, virus korona yang semakin mewabah di berbagai negara dan kasusnya meningkat justru di luar Tiongkok menyebabkan WHO menaikkan statusnya menjadi pandemi.
    Wabah virus korona membuat kekhawatiran tersendiri hingga Italia menutup akses untuk keluar maupun masuk ke negaranya serta AS yang tidak menerima kunjungan dari warga Eropa menyebabkan seluruh aspek ekonomi terimbas.
    ”WHO semalam menyatakan ini pandemi. Sekarang Italia sudah country lock down tidak boleh masuk dan keluar. Trump juga tidak akan menerima visitor yang berasal dari Eropa jadi semua aspek ekonomi terkena,” katanya.
    Faktor kedua, lanjut dia, adalah adanya perang harga minyak dunia setelah Rusia menolak keras usulan pengurangan produksi curam OPEC untuk menstabilkan harga karena wabah virus korona memperlambat ekonomi global dan mengganggu permintaan energi.
    ”Kedua yang kita hadapi sekarang adalah perang harga minyak yang sudah menyentuh 30 dolar AS per barel. Akhirnya dibalas Arab Saudi yang sekarang lifting-nya 12,3 juta barel per hari dan itu 20 kali lipat lifting Indonesia,” jelasnya.
    Kemudian faktor ketiga, keputusan The Fed yang menurunkan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate sebesar 50 basis points (bps) menjadi 1,00-1,25 persen dilatarbelakangi oleh wabah Covid-19.
    ”'AS kemarin meluncurkan penurunan suku bunga untuk menangkal krisis dan tidak berhasil. Kita lihat sampai sekarang indeks masih tertekan,” ujar Fahri.
    Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) yang juga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai ancaman perlambatan ekonomi dunia dari pandemi virus korona atau Covid-19 jauh lebih besar ketimbang perang dagang antara AS dengan Tiongkok.
    Diketahui ekonomi Indonesia terus melambat setahun terakhir. Begitu pula dengan ekonomi global.
    Puncaknya, ketika wabah virus korona baru menyebar, banyak penerbangan ditangguhkan. Bahkan, penerbangan dari dan ke Tiongkok disetop seluruhnya sementara waktu.
    Akibatnya, sektor pariwisata Indonesia terpukul. Di Bali, sejumlah pengusaha hotel dan villa telah merumahkan sebagian karyawan. Begitu pula di Bintan, Kepulauan Riau.
    ”Saya kira dari dampak perang dagang AS-Tiongkok, ini (virus corona) puluhan kali lebih hebat,” ujar JK, sapaan akrabnya, tanpa menyebut lebih rinci dampak ekonomi yang dimaksud, Jakarta, Kamis (11/3).
    Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan akibat virus corona pada tahun ini. Proyeksinya, laju ekonomi yang semula ditargetkan bisa mencapai 5,3 persen akan turun ke kisaran 4,7 persen sampai 5,0 persen.
    Sementara Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi ekonomi nasional hanya tumbuh 5,1 persen pada tahun ini. Proyeksi ini turun dari semula 5,1 persen sampai 5,5 persen.



Bursa Rontok, BEI: Jangan Panik, Berpikir Realistis Michelle Natalia

  • Bursa Rontok, BEI: Jangan Panik, Berpikir Realistis

    Jum'at, 13 Maret 2020 - 13:15 WIB
    views: 6.696
    Bursa Rontok, BEI: Jangan Panik, Berpikir Realistis 
    Konferensi pers yang digelar Bursa Eefek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (13/3/2020). Foto/Michelle Natalia
     A+A-
    JAKARTA - Pasar saham Indonesia menerima hantaman akibat memuncaknya kekhawatiran akan penyebaran virus corona telah menjadi epidmei global. Untuk kedua kalinya, perdagangan di bursa dihentikan sementara (trading halt) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terpuruk di sesi pertama perdagangan akhir pekan ini ke level 4.649,97 atau anjlok 5,02%.



    Dalam situasi panik ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno mengimbau agar para investor tetap bersikap bijak dalam melakukan investasi. Pada momen seperti ini, kata dia, diperlukan cara berpikir realistis dimana sebagian besar harga saham mengalami penurunan sangat dalam.



    "Kita di sini ingin investor untuk melihat situasi dengan realistis. Ini saatnya belanja. Dari ROE (Return On Equity) kita tinggi sekali," ujar Inarno di gedung BEI Jakarta, Jumat (13/3/2020).







    Inarno menjelaskan, bukan hanya pasar saham Tanah Air, namun hampir semua bursa di negara tetangga juga mengalami hal yang sama. Pihaknya selaku regulator pun telah melakukan beberapa kebijakan mengantisipasi situasi ini seperti pelarangan shortselling
    dan mengubah kebijakan auto rejection.



    "Ini agar at least investor itu tak ikut menjual. Karena kalau kita lihat secara mendalam, sayang kalau dijual pada harga ini. Investor harus rasional, jangan ikutan panik, kita bukan ngomongin protokol krisis, tapi kita ada hitung-hitungannya secara global,” tuturnya.



    Inarno menambahkan, dalam situasi saat ini, pihak BEI sedang saling berkoordinasi dengan sesama regulator untuk melakukan langkah bersama dalam menekan pelemahan pasar modal.



    “Kondisi sekarang ini sering kita temui. Kita selalu ada ukurannya, kapan kita lakukan, tujuannya sama, agar tidak one sided, jual semua terus, agar investor tak panik karena teman temannya jual. Kita kasih waktu yang cukup agar investor menyadari situasi," 

Dampak Korona Berkepanjangan

Suara Merdeka 13 Maret 2020


Tuesday, March 10, 2020

IHSG Jeblok 6,6%, OJK & BEI Tekan Tombol Alert!

IHSG Jeblok 6,6%, OJK & BEI Tekan Tombol Alert!

MARKET - Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia 10 March 2020 08:28
SHARE  
1. IHSG Jeblok 6,6%, OJK & BEI Tekan Tombol Alert! 
1 dari 2 Halaman

Foto: Ilustrasi Bursa, Pergerakan Layar IHSG di Gedung BEI Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)             
Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak cepat merespons penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 6,58% ke posisi 5.136,81 poin pada perdagangan awal pekan ini, Senin (10/2/2020).

Di tengah situasi pasar saham yang sangat tertekan akhir-akhir ini akibat wabah Virus Corona yang semakin meluas ke 112 negara dan menginfeksi 113.585 orang dan gonjang-ganjing harga minyak akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah antara Arab Saudi dan Rusia, membuat ketidakpastian semakin nyata. Kepanikan tak terhindarkan.

Merespons situasi ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan semua emiten atau perusahaan publik melakukan pembelian kembali (buyback) saham sebagai upaya memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan.


Ketentuan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.



"Mencermati kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun 2020 sampai dengan hari ini 9 Maret 2020 terus mengalami tekanan signifikan yang diindikasikan dari penurunan IHSG sebesar 18,46% (year to date)," kata Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo, dalam siaran pers yang disampaikan hari ini, Senin (9/3/2020).



Menurut Anto, hal ini terjadi seiring dengan pelambatan dan tekanan perekonomian baik global, regional maupun nasional sebagai akibat dari wabah COVID-19 dan melemahnya harga minyak dunia.



Untuk itu, OJK hari ini mengeluarkan kebijakan pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau perusahaan publik (buyback saham).



Buyback saham oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, dilakukan dengan merelaksasi, pertama, pembelian kembali dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).



Selanjutnya, jumlah saham yang dapat dibeli kembali dapat lebih dari 10% dari modal disetor dan paling banyak 20% dari modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar 7,5% dari modal disetor.

IHSG Jeblok 6,6%, OJK & BEI Tekan Tombol Alert!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia