Reksa Dana di
Indonesia
Lahirlah
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang effektif berlaku
tahun 1996 diperkenalkan sarana investasi yang dinamakan reksadana
Ada dua macam reksadana yaitu
-Reksa
Dana Tertutup(berbentuk PT) dan
-Reksa
Dana Terbuka berupa Kontrak Investasi Kolektif
(Sumber
:PT Danareksa Fund Management Luncurkan Produk Baru,Infobank Juli 96)
(Sumber:Trauma Masyarakat
Masih Melekat,Kompas 18 September 2001)
2.
Periode 1996
Demam
reksa dana melanda kalangan keuangan.Sedangkan Pasar Modal Indonesia didominasi
pemodal asing yang tampak sangat perkasa sementara investor local lesu
darah.Dengan mengacu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan
UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dilakukan upaya agar keuntungan transaksi
Pasar Modal Indonesia juga bisa dinikmati investor local melalui peningkatan
perannya.
Saat
ini investor asing menguasai hampir 50%.Dan ini dinilai kurang bagus karena
keuntungan yang diperoleh akan dibawa pulang ke Negara asal.
Singkat
cerita untuk merangsang partisipasi investor local,transaksi tidak lagi
terbatas di BEJ tapi juga dirintis melalui perbankan.Masuklah Reksa dana di
zona perbankan dengan mulai diperkenalkan peran bank dalam pelayanan dan
penjualan Reksa dana sebagai Bank Kustodian.
(Sumber:
Reksadana di Zona
Perbankan,Bonus Infobank November 1996
Reksadana:DiAntara
Gemerlap Bank dan Pasar Modal, Bonus Infobank November 1996)
(Sumber:Buah Manis
Kolaborasi-Investor 7 Maret 2005)
(Sumber:Buah Manis
Kolaborasi-Investor 7 Maret 2005)
17 Juli 1996
Reksa
Dana yang di Amerika Serikat dikenal sebagai Mutual Fund,di Inggris dikenal sebagai Unit Trust,sebenarnya sudah ditawarkan oleh PT Danareksa sejak
tahun 1981.Dikenal sebagai Sertifikat Danareksa.Mungkin karena sifatnya waktu
itu sebagai Reksa Dana Tertutup,serifikat Danareksa masih belum sepopuler
deposito.Lebih-lebih setelah Paket Deregulasi Oktober 1988(Pakto 1988)
diluncurkan,semakin banyak bank menawarkan berbagai jenis deposito,tabungan dan
giro.Maka tak mengherankan Sertifikat Danareksa sebagai instrumen investasi
tampaknya masih kalah populer.
PT
Danareksa Fund Management juga ditugaskan mengelola Sertifikat Danareksa yang
pernah diterbitkan..17 Juli 1996 meluncurkan Reksa Dana Terbuka berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif.Tiga jenis Reksa Dana Terbuka ini Melati,Mawar dan
Anggrek.
DanaReksa
Melati: investasi
dalam efek Hutang yang diterbitkan oleh perusahaan- perusahaan berbadan hukum
Indonesia yang dijual melalui Penawaran Umum dan Instrumen Pasar Uang Yang berjangka waktu kurang dari 12
bulan dengan komposisi sasaran masing masing sebesar 70% untuk obligasi dan 30
% untuk instrument pasar uang.
DanaReksa Mawar: Reksa Dana yang berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif dan
Reksadana
ini bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi maksimal dalam
jangka panjang melalui investasi dalam Efek Ekuitas dan Efek Hutang dan
Instrumen Pasar Uang-yang boleh dalam mata uang Rupiah dan Asing.Efek-Efek
tersebut diterbitkan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia yang melalui
Public offering/Penawaran Umum dan Instrumen Pasar Uang yang berjangka waktu
kurang dari 12 bulan dengan komposisi sasaran 80% efek equitas dan 20% efek hutang
dan instrument Pasar Uang.
DanaReksa
Anggrek:Reksa Dana
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang bersifat terbuka dan dijamin pemegang
Unit Penyertaan dapat dengan mudah menjualnya kembali kepada Manager Investasi
atau agen yang ditunjuk Danareksa Fund Management.
Investasi hanya pada portfolio Efek
Equitas,Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang(Surat Berharga Komersial)
(Sumber:Pasar Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank
Edisi Khusus Desember 1997)
Danareksa Melati:Bunga dan Harumnya
Pasti-,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)
3.
Periode 1997
Sampai
dengan Oktober 1997 saat Krismon melanda perekonomian nasional,perkembangan
investor reksa dana masih menunjukkan perkembangan bagus.
Kalau
tahun 1996 ada 26 reksa dana,tahun 1997
ada 51 reksa dana,dan ada 10 reksa dana baru yang dalam waktu dekat sudah bisa
ditawarkan ke masyarakat.
(Sumber:Pasar
Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)
Jumlah
investor reksa dana pun meningkat dari Agustus tahun 1996 sebesar 1.586
investor menjadi 20.674 pada Oktober 1997.
(Sumber:Pasar
Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)
(Sumber:Pasar
Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)
4.
Periode 1999
Pasca
bunga bank gila-gilaan (sampai 60%) saat krismon,tahun 1999 tingkat bunga
perbankan kembali berangsur mulai turun.Perbankan masih lesu akibat gejolak
krismon,menjadi semakin lesu setelah situasi ekonomi yang belum segera
pulih.Apalagi bunga simpanan yang cenderung terus turun,menuju normal.Ini
direspon oleh perusahaan Investasi sebagai “Bunga tidak menarik lagi”.
Dengan
motto “Tak Kenal maka Tak Sayang” Reksadana mulai menggebrak pasar.Perusahaan
investment mulai memperkenalkan :
-
Reksadana
berpendapat tetap(Fixed Income Fund) yang bersifat lebih stabil.
Reksadana ini berinvestasi pada
instrument fixed income(sertifikat deposito-CD,commercial paper-CP dan
sertifikat obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah,BUMN dan swasta.
-
Reksadana
saham(Equity fund)-bersifat jangka panjang
Reksadana saham menginvestasikan dana
pada saham-saham yang tercatat di bursa
(Sumber:Reksa
Dana …alternative investasi disaat tingkat suku bunga tidak menarik lagi-Kompas
6-10-1999)
5.
Periode 2001
Dalam
perkembangannya Reksa Dana Terbuka bergerak lebih maju dan cepat diukur dari
segi jumlah fund yang
diluncurkan ke pasar.Sampai tahun
2001,terdapat 96 reksa dana telah beroperasi dengan nama yang cakep-cakep.Nilai
Aktiva Bersih(NAB) yang dikelola mencapai Rp. 5,9 trilyun.
(Sumber:Trauma
Masyarakat Masih Melekat,Kompas 18 september 2001)
(Sumber:”Redemption”yang
Menghantui Reksa Dana-Kompas 11 April 2005)
Instrumen
terus meluncur dan bermunculan ke tengah-tengah masyarakat.Innovasi terus
berlanjut dan menjanjikan hasil pengembalian investasi(return)yang menggiurkan saling bersaing sengit.
Dalam
persaingan yang ketat,kata kunci keberhasilan adalah kecanggihan pemasaran
produk.Semula hanya perusahaan pengelola dana investasi itu sendiri yang
memasarkannya.Kini,tidak lagi hanya perusahaan pengelola dana yang terjun
langsung memasarkan barang jualannya ke tengah-tengah masyarakat.Akan tetapi
unit-unit reksa dana yang dijual sudah dipasarkan pihak lain.
Perbankan
pun dilibatkan dalam pejualan produk reksa dana dan memiliki unit bisnis khusus
yang menangani produk reksa dana yaitu Investment Services.Dengan menggandeng
sejumlah Fund house,produk reksa dana
yang dikeluarkan fund management
dipasarkan melalui unit bisnis khusus seperti Investment Services.
Profesionalitas
pelaku industri reksadana sangat utama dalam upaya menghilangkan trauma
kegagalan masa lalu,khususnya para investor kecil.Pelaku industri reksadana dan
seluruh jajarannya tanpa kecuali marketing,tidak hanya harus mampu menjual,tapi
juga harus mampu mengedukasi masyarakat,meningkatkan komitment dan etika.
Hikmah
dari trauma-trauma masa lalu dalam pasar modal adalah kini masyarakat tak lagi
mudah tergiur dengan return
tinggi.Namun keamanan mulai menjadi pertimbangan utama.
Profesionalitas
dan etika yang tinggi para pengelola dana,serta transparansi pengelola
dana,menjadi sangat mutlak diperlukan agar Pasar Modal kembali bergairah.
(Sumber:Buah Manis
Kolaborasi,Investor edisi 7 Maret 2005)
6.
Periode 2004
20 Reksa Dana Terbaik
Dunia 2004
Reksa dana Indonesia
mencatat presentase “return” tertinggi di dunia selama tahun 2004.Tren kenaikan
diperkirakan masih akan terjadi tahun ini.
(Sumber:ReksaDana Indonesia Menghentak Dunia-Investor
7 Maret 2005)
14 Desember 2004,Kasus
Reksadana Siluman di Bank Global
Bank
Global dibekukan,Direktur Utama Bank Global,Irawan Salim
Menghilang.Padahal
pada jum at 10 Desember 2004 pukul 19.00,BI masih bertemu Irawan Salim untuk
membahas kondisi keuangan bank yang dipimpinnya.Sejam setelah pertemuan dengan
BI,menurut Udi,Chief Security Bank
Global,Irawan terbang ke Singapura.
Yang
membuat kasus kejahatan di bank ini merebak justru karena ada pengaduan nasabah
soal reksa dana siluman.Sejumlah nasabah menyerbu kantor Bank Global awal
Desember karena merasa ditipu.Reksa dana bernama Prudence yang dibeli nasabah
lewat Bank Global tidak bisa dicairkan karena harus dikonversi ke
deposito.Amukan nasabah itu menyadarkan Bapepam dan BI untuk segera bertindak.
(Sumber:Konspirasi di
Bank Global-Investor 24 Januari 2005)
7.
Periode 2005
Pembenahan
profesionalitas pelaku industri reksadana ternyata belum sepenuhnya effektif
dalam mengedukasi investor.Innovasi Pemasaran produk investasi secara lintas
industri,mengakibatkan pemasaran tidak hanya dilakukan di industri
reksadana/investasi sendiri.Namun juga melalui industri perbankan karena
dinilai network dan skill tenaga pemasarnya paling memungkinkan.Pemberian fee oleh industri investasi kepada
perbankan dalam rangka merangsang penjualan telah mengakibatkan “kanibalisme”
produk bank ke reksadana.
Pemindahan
dana nasabah deposan ke reksadana ini karena tawaran menggiurkan, kali ini
dilakukan oleh pihak (marketing officer) bank.
Tak
disadari oleh(kebanyakan) marketing officer bank(karena mereka juga ditarget
oleh banknya) bahwa ada perbedaan perilaku antara deposan dan investor.
Deposan
merupakan orang yang senang kondisi “aman-aman” saja alias “risk avoider” atau “risk averse” mereka jelas bukan tergolong investor yang tergolong
berani mengambil resiko besar(risk
taker).
Namun
karena tawaran dari Marketing Officer bank yang seringkali tidak memberikan
informasi lengkap - mungkin karena
pemahaman /product knowledge tentang reksadana yang masih kurang- sehingga
penjelasan lebih cenderung ke product knowledge bank,deposito,yang
telah dikuasai mendarah daging.Akhirnya banyak nasabah/deposan yang beranggapan
bahwa reksadana adalah produk bank,sehingga dianggap “aman-aman” saja.
(Sumber:”Gempa”Reksa
Dana-Susidiarto,Kompas 14 April 2005)
11 April
2005-Redemption Obligasi,”Gempa”Reksa Dana
Sejak
akhir tahun 2004 beberapa indicator telah menunjukkan adanya kemungkinan
perubahan trend suku bunga.Misalnya,kenaikan suku bunga di Amerika
Serikat,China,Australia
dan Negara-negara Eropa.
Sepanjang
tahun 2004 bank sentral AS(The Fed)telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar
1,25 persen.
Tingginya
harga minyak mentah juga menjadi indicator kenaikan inflasi yang sejalan
rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan pemerintah sejak akhir 2004.
Sayangnya,kebijakan
suku bunga Bank Indonesia melalui SBI
tidak memberikan konfirmasi akan hal ini.Dengan perubahan SBI yang sangat tidak
signifikan sampai akhir maret lalu,BI seolah-olah menunjukkan kepada pasar
bahwa suku bunga tidak akan naik.Ini memberikan sinyal yang tidak jelas kepada
pelaku pasar.Akibat optimisme yang berlebihan,banyak pelaku pasar yang memburu
obligasi.Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya pada bulan
Januari 2005.
Kenaikan
harga obligasi juga didorong oleh masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah
yang sangat besar.Beberapa manager investasi”terpaksa”membeli obligasi yang
telah over valued tersebut meski
sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan tenor pendek
yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan obligasi jangka
panjang.Namun pilihan ini sering dilakukan untuk menyenangkan nasabah dengan
tingkat pengembalian tinggi yang
diberikan obligasi jangka panjang.Akibatnya portofolio didominasi obligasi
dengan tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu.
Karena suku bunga naik,harga obligasi mengalami
penurunan.Ini hal wajar karena pemilik modal ingin yield(imbal hasil) yang sesuai.Akibatnya,banyak Reksadana khususnya
yang jenis pendapatan tetap(fixed income)
yang berbasis Obligasi Negara dijual.Penawaran membludak,dampaknya harga
obligasi ini turun dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot.Banyaknya
“investor” reksadana yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan
deposito semakin mendorong terjadinya Redemption(penarikan
unit penyertaan reksadana oleh nasabah) besar-besaran plus “kehebohan2” akibat salah paham nasabah.
“Ini kan “pendapatan tetap” tetapi kok nilai
investasi saya malah minus”?
Padahal
yang “berpendapatan tetap” adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara berkala
oleh penerbit obligasi(emiten)kepada investor/pemegang surat berharga itu.
Adapun harga
obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.
“Gempa” ini
direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba meredam gejolak
dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.Namun ternyata tak
mampu meredam hasrat investor mencairkan reksadananya.
Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total
dana turun sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005.
(Sumber:”Redemption”yang menghantui
Reksa Dana-Andi Suruji,Kompas
Reksa Dana dan Penurunan Harga
Obligasi-Reslian Pardede,Kompas
“Gempa”Reksa Dana-Susidiarto,Kompas)
Mei 2005
International
Index Company(IIC) yang berkedudukan di Basel,Swiss mengeluarkan indeks untuk
obligasi Indonesia,yaitu iBoxx ABF Indonesia Index.Indeks ini akan digunakan
untuk mengukur kinerja Reksa Dana Asian Bond Fund Indonesia Bond Index Fund(ABF
IBI Fund).
Indeks ini
akan memuat obligasi yang diterbitkan pemerintah atau quasi-sovereign (terdapat unsure kepemilikan pemerintah,seperti
BUMN).Daftar obligasi dalam indeks ini akan dievaluasi dalam jangka waktu
tertentu.Sebelumnya,tolok ukur kinerja obligasi hanya dibandingkan dengan
deposito berjangka yang sebenarnya tidak sebanding karena deposito bukan produk
investasi.
Walau agak
ruwet,namun ini salah satu alternative investasi baru di Indonesia.Reksa Dana
ABF IBI Fund ini merupakan bagian dari dana obligasi Asia
atau Asia Bond Fund-2(ABF) dengan dana awal sebesar 2 milyar dollar AS.
Dana
investasi ini dikumpulkan dari anggota bank sentral dan otoritas moneter di
Asia Timur dan Pasifik(Executives Meeting Bond East Asia and Pasific
Central Banks/EMEAP)
(Sumber:Mengenal Reksadana ABF
IBI-Kompas 18 Mei 2005)
September 2005,
Rontoknya Reksa Dana
Terpuruk
sejak beberapa bulan lalu Nilai Aktiva Bersih(NAB) bahkan tinggal setengah
dibanding posisi 2005.
Bank
Sentral/BI kembali mengambil langkah mengeringkan likwiditas dengan menaikkan
Giro Wajib Minimum perbankan,menaikkan BI rate yang kemudian memicu kenaikan
bunga deposito,semakin membuat pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif.Pasar
juga semakin gonjang-ganjing akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga
kurang kondusif.
Januari
2005 data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun
Akhir
Agustus 2005 NAB Rp. 62,97 triliun
7
September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun
Dana
eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan deposito,karena
kebijakan BI yang mengakibatkan suku bunga naik.
Kebanyakan
nasabah enggan membaca prospectus dan masih berjiwa sebagai deposan.Sehingga
tidak bisa menerima saat NAB turun.Kebanyakan dari mereka merasa harus terus
memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.Beberapa nasabah BNI
Securities yang sempat memprotes karena
NAB nya turun drastis,mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya
tergerus.Sebab saat menandatangani kontrak,nasabah dijanjikan agen penjualan
bahwa modalnya tidak akan berkurang.Akan tetapi janji agen hanya disampaikan
secara lisan.Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku dalam industri
reksa dana.
Ketua
Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan memeriksa sejumlah manager investasi
perusahaan reksa dana terkait dugaan pelanggaran pengelolaan dana nasabah.
Menurut
Darmin,Bapepam memiliki data portofolio masing masing perusahaan reksa dana
sehingga mudah melakukan penyelidikan.Dijelaskannya,pihaknya mencermati secara
khusus masalah ini,dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager
investasi,akan ditindak.Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral hazard
(Sumber :Rontoknya
Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia,Kompas)
Reksa Dana,Pemerintah
Harus Segera Turun Tangan ikut Berperan Aktif mempengaruhi SUN
Peran
edukasi,sosialisasi,Pengawasan terus ditingkatkan agar kredibilitas industri
investasi khususnya reksadana kembali pulih dan terjaga.Karena bergairahnya kembali
reksa dana adalah untuk kepentingan bersama.
(Sumber:Reksa
Dana Kepentingan Bersama,Ardhian Novianto-Kompas 12-9-2005)
Oktober 2005
Perlunya
menumbuhkan kepedulian masyarakat investor terhadap track record dan reputasi
perusahaan emiten.
(Sumber:Reputasi Emiten
dan Kinerja Pasar-Kompas 14-10-2005)
Desember
2005,
Edukasi
public dan Transparansi akan menjadi kunci sukses untuk mengembalikan
kepercayaan investor yang lari meninggalkannya.
(Sumber: Membangun
Kembali Reksa Dana-Andi Suruji,Kompas 5-12-2005)
24-12-2005
Reksa Dana Sulit
Bangkit
Penurunan
drastis NAB,menjadikan reksa dana yang menjadi primadona sampai Januari 2005
dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,sulit diharapkan bangkit ditahun
2006.
Ada pengalaman,edukasi hingga
optimisme.Turunnya inflasi dan hadirnya “inovasi”reksa dana terproteksi yang
konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak
berkurang mudah2an akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah akibat turun
drastic NAB.
(Sumber:Reksa
dana sulit kembali berjaya-Joice Tauris Santi,Kompas 24-12-2005 )
8.
Periode 2007
Perkembangan
Reksadana pasca “Gempa” tahun 2005
(Sumber:Kenalilah Para
Penjaga Brankas Reksadana-Kontan Juli 2007)
Setelah
sempat mengalami "Gempa" pada tahun 2005,investor semakin
rasional.Investor seolah dipaksa untuk mau belajar .
Memang
agak disayangkan,proses belajar menjadi terkesan sangat mahal karena harus
mengalami kerugian akibat sikap emosional diawalnya.
Reksadana
kembali diminati dan investor semakin cermat.
9. Periode 2008
REKSADANA KEMBALI BERJAYA
(Sumber : Tabloid Kontan Januari 2008)
10. Periode 2009
Industri Reksa Dana Tumbuh 20% di 2010
(Sumber : Suara Merdeka 26 November 2009)
Sampai akhir tahun 2009,reksadana masih tetap tumbuh.Dan nilai Akumulasinya mencapai Rp. 110 miliard.Dengan prediksi tersebut,maka dana kelolaan industri reksadana pada akhir tahun 2009 akan naik 48,6% dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp. 74 triliun
9. Periode 2008
REKSADANA KEMBALI BERJAYA
(Sumber : Tabloid Kontan Januari 2008)
10. Periode 2009
Industri Reksa Dana Tumbuh 20% di 2010
(Sumber : Suara Merdeka 26 November 2009)
Sampai akhir tahun 2009,reksadana masih tetap tumbuh.Dan nilai Akumulasinya mencapai Rp. 110 miliard.Dengan prediksi tersebut,maka dana kelolaan industri reksadana pada akhir tahun 2009 akan naik 48,6% dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp. 74 triliun