Thursday, May 22, 2003

Reksa Dana ( 1995-2009)


Reksa Dana di Indonesia
1. Periode  1995
Lahirlah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang effektif berlaku tahun 1996 diperkenalkan sarana investasi yang dinamakan reksadana

Ada dua macam reksadana yaitu
-Reksa Dana Tertutup(berbentuk PT) dan
-Reksa Dana Terbuka berupa Kontrak Investasi Kolektif
(Sumber :PT Danareksa Fund Management Luncurkan Produk Baru,Infobank Juli 96)
(Sumber:Trauma Masyarakat Masih Melekat,Kompas 18 September 2001)

2. Periode  1996
Demam reksa dana melanda kalangan keuangan.Sedangkan Pasar Modal Indonesia didominasi pemodal asing yang tampak sangat perkasa sementara investor local lesu darah.Dengan mengacu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dilakukan upaya agar keuntungan transaksi Pasar Modal Indonesia juga bisa dinikmati investor local melalui peningkatan perannya.
Saat ini investor asing menguasai hampir 50%.Dan ini dinilai kurang bagus karena keuntungan yang diperoleh akan dibawa pulang ke Negara asal.
Singkat cerita untuk merangsang partisipasi investor local,transaksi tidak lagi terbatas di BEJ tapi juga dirintis melalui perbankan.Masuklah Reksa dana di zona perbankan dengan mulai diperkenalkan peran bank dalam pelayanan dan penjualan Reksa dana sebagai Bank Kustodian.
(Sumber:
Reksadana di Zona Perbankan,Bonus Infobank November 1996
Reksadana:DiAntara Gemerlap Bank dan Pasar Modal, Bonus Infobank November 1996)


(Sumber:Buah Manis Kolaborasi-Investor 7 Maret 2005)
(Sumber:Buah Manis Kolaborasi-Investor 7 Maret 2005)

17 Juli 1996
Reksa Dana yang di Amerika Serikat dikenal sebagai Mutual Fund,di Inggris dikenal sebagai Unit Trust,sebenarnya sudah ditawarkan oleh PT Danareksa sejak tahun 1981.Dikenal sebagai Sertifikat Danareksa.Mungkin karena sifatnya waktu itu sebagai Reksa Dana Tertutup,serifikat Danareksa masih belum sepopuler deposito.Lebih-lebih setelah Paket Deregulasi Oktober 1988(Pakto 1988) diluncurkan,semakin banyak bank menawarkan berbagai jenis deposito,tabungan dan giro.Maka tak mengherankan Sertifikat Danareksa sebagai instrumen investasi tampaknya masih kalah populer.
PT Danareksa Fund Management juga ditugaskan mengelola Sertifikat Danareksa yang pernah diterbitkan..17 Juli 1996 meluncurkan Reksa Dana Terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.Tiga jenis Reksa Dana Terbuka ini Melati,Mawar dan Anggrek.

DanaReksa Melati: investasi dalam efek Hutang yang diterbitkan oleh perusahaan- perusahaan berbadan hukum Indonesia yang dijual melalui Penawaran Umum dan Instrumen Pasar  Uang Yang berjangka waktu kurang dari 12 bulan dengan komposisi sasaran masing masing sebesar 70% untuk obligasi dan 30 % untuk instrument pasar uang.                 
                                                                                  
                               
DanaReksa Mawar: Reksa Dana yang berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dan

merupakan wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal,yang selanjutnya diinvestasikan dalam Efek Ekuitas dan Efek Hutang serta Instrument Pasar Uang oleh Manager Investasi.
Reksadana ini bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi maksimal dalam jangka panjang melalui investasi dalam Efek Ekuitas dan Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang-yang boleh dalam mata uang Rupiah dan Asing.Efek-Efek tersebut diterbitkan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia yang melalui Public offering/Penawaran Umum dan Instrumen Pasar Uang yang berjangka waktu kurang dari 12 bulan dengan komposisi sasaran 80% efek equitas dan 20% efek hutang dan instrument Pasar Uang.

DanaReksa Anggrek:Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang bersifat terbuka dan dijamin pemegang Unit Penyertaan dapat dengan mudah menjualnya kembali kepada Manager Investasi atau agen yang ditunjuk Danareksa Fund Management.
                             Investasi hanya pada portfolio Efek Equitas,Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang(Surat Berharga Komersial)
(Sumber:Pasar Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)
            Danareksa Melati:Bunga dan Harumnya Pasti-,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)



3. Periode  1997
Sampai dengan Oktober 1997 saat Krismon melanda perekonomian nasional,perkembangan investor reksa dana masih menunjukkan perkembangan bagus.
Kalau tahun 1996 ada 26  reksa dana,tahun 1997 ada 51 reksa dana,dan ada 10 reksa dana baru yang dalam waktu dekat sudah bisa ditawarkan ke masyarakat.


(Sumber:Pasar Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)


Jumlah investor reksa dana pun meningkat dari Agustus tahun 1996 sebesar 1.586 investor menjadi 20.674 pada Oktober 1997.

(Sumber:Pasar Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)



(Sumber:Pasar Saham Terus Ditata-Dwi Setiawati,Infobank Edisi Khusus Desember 1997)

4. Periode  1999
Pasca bunga bank gila-gilaan (sampai 60%) saat krismon,tahun 1999 tingkat bunga perbankan kembali berangsur mulai turun.Perbankan masih lesu akibat gejolak krismon,menjadi semakin lesu setelah situasi ekonomi yang belum segera pulih.Apalagi bunga simpanan yang cenderung terus turun,menuju normal.Ini direspon oleh perusahaan Investasi sebagai “Bunga tidak menarik lagi”.
Dengan motto “Tak Kenal maka Tak Sayang” Reksadana mulai menggebrak pasar.Perusahaan investment mulai memperkenalkan :

-          Reksadana berpendapat tetap(Fixed Income Fund) yang bersifat lebih stabil.
Reksadana ini berinvestasi pada instrument fixed income(sertifikat deposito-CD,commercial paper-CP dan sertifikat obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah,BUMN dan swasta.

-          Reksadana saham(Equity fund)-bersifat jangka panjang
Reksadana saham menginvestasikan dana pada saham-saham yang tercatat di bursa
(Sumber:Reksa Dana …alternative investasi disaat tingkat suku bunga tidak menarik lagi-Kompas 6-10-1999)


5. Periode  2001
Dalam perkembangannya Reksa Dana Terbuka bergerak lebih maju dan cepat diukur dari segi jumlah fund yang diluncurkan  ke pasar.Sampai tahun 2001,terdapat 96 reksa dana telah beroperasi dengan nama yang cakep-cakep.Nilai Aktiva Bersih(NAB) yang dikelola mencapai Rp. 5,9 trilyun.
(Sumber:Trauma Masyarakat Masih Melekat,Kompas 18 september 2001)
(Sumber:”Redemption”yang Menghantui Reksa Dana-Kompas 11 April 2005)

Instrumen terus meluncur dan bermunculan ke tengah-tengah masyarakat.Innovasi terus berlanjut dan menjanjikan hasil pengembalian investasi(return)yang menggiurkan saling bersaing sengit.
Dalam persaingan yang ketat,kata kunci keberhasilan adalah kecanggihan pemasaran produk.Semula hanya perusahaan pengelola dana investasi itu sendiri yang memasarkannya.Kini,tidak lagi hanya perusahaan pengelola dana yang terjun langsung memasarkan barang jualannya ke tengah-tengah masyarakat.Akan tetapi unit-unit reksa dana yang dijual sudah dipasarkan pihak lain.

Perbankan pun dilibatkan dalam pejualan produk reksa dana dan memiliki unit bisnis khusus yang menangani produk reksa dana yaitu Investment Services.Dengan menggandeng sejumlah Fund house,produk reksa dana yang dikeluarkan fund management dipasarkan melalui unit bisnis khusus seperti Investment Services.
Profesionalitas pelaku industri reksadana sangat utama dalam upaya menghilangkan trauma kegagalan masa lalu,khususnya para investor kecil.Pelaku industri reksadana dan seluruh jajarannya tanpa kecuali marketing,tidak hanya harus mampu menjual,tapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat,meningkatkan komitment dan etika.
Hikmah dari trauma-trauma masa lalu dalam pasar modal adalah kini masyarakat tak lagi mudah tergiur dengan return tinggi.Namun keamanan mulai menjadi pertimbangan utama.
Profesionalitas dan etika yang tinggi para pengelola dana,serta transparansi pengelola dana,menjadi sangat mutlak diperlukan agar Pasar Modal kembali bergairah.
(Sumber:Buah Manis Kolaborasi,Investor edisi 7 Maret 2005)


6. Periode  2004
20 Reksa Dana Terbaik Dunia 2004
Reksa dana Indonesia mencatat presentase “return” tertinggi di dunia selama tahun 2004.Tren kenaikan diperkirakan masih akan terjadi tahun ini.
(Sumber:ReksaDana Indonesia Menghentak Dunia-Investor 7 Maret 2005)

14 Desember 2004,Kasus Reksadana Siluman di Bank Global
Bank Global dibekukan,Direktur Utama Bank Global,Irawan Salim
Menghilang.Padahal pada jum at 10 Desember 2004 pukul 19.00,BI masih bertemu Irawan Salim untuk membahas kondisi keuangan bank yang dipimpinnya.Sejam setelah pertemuan dengan BI,menurut Udi,Chief Security Bank Global,Irawan terbang ke Singapura.

Yang membuat kasus kejahatan di bank ini merebak justru karena ada pengaduan nasabah soal reksa dana siluman.Sejumlah nasabah menyerbu kantor Bank Global awal Desember karena merasa ditipu.Reksa dana bernama Prudence yang dibeli nasabah lewat Bank Global tidak bisa dicairkan karena harus dikonversi ke deposito.Amukan nasabah itu menyadarkan Bapepam dan BI untuk segera bertindak.
(Sumber:Konspirasi di Bank Global-Investor 24 Januari 2005)

7. Periode  2005
Pembenahan profesionalitas pelaku industri reksadana ternyata belum sepenuhnya effektif dalam mengedukasi investor.Innovasi Pemasaran produk investasi secara lintas industri,mengakibatkan pemasaran tidak hanya dilakukan di industri reksadana/investasi sendiri.Namun juga melalui industri perbankan karena dinilai network dan skill tenaga pemasarnya paling memungkinkan.Pemberian fee oleh industri investasi kepada perbankan dalam rangka merangsang penjualan telah mengakibatkan “kanibalisme” produk bank ke reksadana.
Pemindahan dana nasabah deposan ke reksadana ini karena tawaran menggiurkan, kali ini dilakukan oleh pihak (marketing officer) bank.
Tak disadari oleh(kebanyakan) marketing officer bank(karena mereka juga ditarget oleh banknya) bahwa ada perbedaan perilaku antara deposan dan investor.
Deposan merupakan orang yang senang kondisi “aman-aman” saja alias “risk avoider” atau “risk averse” mereka jelas bukan tergolong investor yang tergolong berani mengambil resiko besar(risk taker).

Namun karena tawaran dari Marketing Officer bank yang seringkali tidak memberikan informasi  lengkap - mungkin karena pemahaman /product knowledge tentang reksadana yang masih kurang- sehingga penjelasan  lebih cenderung ke product knowledge bank,deposito,yang telah dikuasai mendarah daging.Akhirnya banyak nasabah/deposan yang beranggapan bahwa reksadana adalah produk bank,sehingga dianggap “aman-aman” saja.
(Sumber:”Gempa”Reksa Dana-Susidiarto,Kompas 14 April 2005)

11 April 2005-Redemption Obligasi,”Gempa”Reksa Dana
Sejak akhir tahun 2004 beberapa indicator telah menunjukkan adanya kemungkinan perubahan trend suku bunga.Misalnya,kenaikan suku bunga di Amerika Serikat,China,Australia dan Negara-negara Eropa.
Sepanjang tahun 2004 bank sentral AS(The Fed)telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar 1,25 persen.
Tingginya harga minyak mentah juga menjadi indicator kenaikan inflasi yang sejalan rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan pemerintah sejak akhir 2004.
Sayangnya,kebijakan suku bunga  Bank Indonesia melalui SBI tidak memberikan konfirmasi akan hal ini.Dengan perubahan SBI yang sangat tidak signifikan sampai akhir maret lalu,BI seolah-olah menunjukkan kepada pasar bahwa suku bunga tidak akan naik.Ini memberikan sinyal yang tidak jelas kepada pelaku pasar.Akibat optimisme yang berlebihan,banyak pelaku pasar yang memburu obligasi.Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya pada bulan Januari 2005.
Kenaikan harga obligasi juga didorong oleh masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah yang sangat besar.Beberapa manager investasi”terpaksa”membeli obligasi yang telah over valued tersebut meski sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan tenor pendek yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan obligasi jangka panjang.Namun pilihan ini sering dilakukan untuk menyenangkan nasabah dengan tingkat pengembalian tinggi  yang diberikan obligasi jangka panjang.Akibatnya portofolio didominasi obligasi dengan tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu.
Karena  suku bunga naik,harga obligasi mengalami penurunan.Ini hal wajar karena pemilik modal ingin yield(imbal hasil) yang sesuai.Akibatnya,banyak Reksadana khususnya yang jenis pendapatan tetap(fixed income) yang berbasis Obligasi Negara dijual.Penawaran membludak,dampaknya harga obligasi ini turun dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot.Banyaknya “investor” reksadana yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan deposito semakin mendorong terjadinya Redemption(penarikan unit penyertaan reksadana oleh nasabah) besar-besaran plus  “kehebohan2” akibat salah paham nasabah.
“Ini kan “pendapatan tetap” tetapi kok nilai investasi saya  malah minus”?
Padahal yang “berpendapatan tetap” adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara berkala oleh penerbit obligasi(emiten)kepada investor/pemegang surat berharga itu.
Adapun harga obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.
“Gempa” ini direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba meredam gejolak dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.Namun ternyata tak mampu meredam hasrat investor mencairkan reksadananya.
Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total dana turun sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005.
(Sumber:”Redemption”yang menghantui Reksa Dana-Andi Suruji,Kompas
               Reksa Dana dan Penurunan Harga Obligasi-Reslian Pardede,Kompas
    “Gempa”Reksa Dana-Susidiarto,Kompas)


Mei 2005
International Index Company(IIC) yang berkedudukan di Basel,Swiss mengeluarkan indeks untuk obligasi Indonesia,yaitu iBoxx ABF Indonesia Index.Indeks ini akan digunakan untuk mengukur kinerja Reksa Dana Asian Bond Fund Indonesia Bond Index Fund(ABF IBI Fund).
Indeks ini akan memuat obligasi yang diterbitkan pemerintah atau quasi-sovereign (terdapat unsure kepemilikan pemerintah,seperti BUMN).Daftar obligasi dalam indeks ini akan dievaluasi dalam jangka waktu tertentu.Sebelumnya,tolok ukur kinerja obligasi hanya dibandingkan dengan deposito berjangka yang sebenarnya tidak sebanding karena deposito bukan produk investasi.
Walau agak ruwet,namun ini salah satu alternative investasi baru di Indonesia.Reksa Dana ABF IBI Fund ini merupakan bagian dari dana obligasi Asia atau Asia Bond Fund-2(ABF) dengan dana awal sebesar 2 milyar dollar AS.

Dana investasi ini dikumpulkan dari anggota bank sentral dan otoritas moneter di Asia Timur dan Pasifik(Executives Meeting Bond East Asia and Pasific Central  Banks/EMEAP)
(Sumber:Mengenal Reksadana ABF IBI-Kompas 18 Mei 2005)

September 2005,
Rontoknya Reksa Dana
Terpuruk sejak beberapa bulan lalu Nilai Aktiva Bersih(NAB) bahkan tinggal setengah dibanding posisi 2005.

Bank Sentral/BI kembali mengambil langkah mengeringkan likwiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum perbankan,menaikkan BI rate yang kemudian memicu kenaikan bunga deposito,semakin membuat pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif.Pasar juga semakin gonjang-ganjing akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga kurang kondusif.
Januari 2005 data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun
Akhir Agustus 2005  NAB         Rp. 62,97 triliun
7 September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun
Dana eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan deposito,karena kebijakan BI yang mengakibatkan suku bunga naik.
Kebanyakan nasabah enggan membaca prospectus dan masih berjiwa sebagai deposan.Sehingga tidak bisa menerima saat NAB turun.Kebanyakan dari mereka merasa harus terus memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.Beberapa nasabah BNI Securities  yang sempat memprotes karena NAB nya turun drastis,mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya tergerus.Sebab saat menandatangani kontrak,nasabah dijanjikan agen penjualan bahwa modalnya tidak akan berkurang.Akan tetapi janji agen hanya disampaikan secara lisan.Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku dalam industri reksa dana.
Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan memeriksa sejumlah manager investasi perusahaan reksa dana terkait dugaan pelanggaran pengelolaan dana nasabah.
Menurut Darmin,Bapepam memiliki data portofolio masing masing perusahaan reksa dana sehingga mudah melakukan penyelidikan.Dijelaskannya,pihaknya mencermati secara khusus masalah ini,dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager investasi,akan ditindak.Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral hazard
(Sumber :Rontoknya Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia,Kompas)


Reksa Dana,Pemerintah Harus Segera Turun Tangan ikut Berperan Aktif mempengaruhi SUN
Peran edukasi,sosialisasi,Pengawasan terus ditingkatkan agar kredibilitas industri investasi khususnya reksadana kembali pulih dan terjaga.Karena bergairahnya kembali reksa dana adalah untuk kepentingan bersama.




(Sumber:Reksa Dana Kepentingan Bersama,Ardhian Novianto-Kompas 12-9-2005)


Oktober 2005
Perlunya menumbuhkan kepedulian masyarakat investor terhadap track record dan reputasi perusahaan emiten.
(Sumber:Reputasi Emiten dan Kinerja Pasar-Kompas 14-10-2005)


Desember 2005,
Membangun Kembali Reksa Dana
Edukasi public dan Transparansi akan menjadi kunci sukses untuk mengembalikan kepercayaan investor yang lari meninggalkannya.


(Sumber: Membangun Kembali Reksa Dana-Andi Suruji,Kompas 5-12-2005)

24-12-2005
Reksa Dana Sulit Bangkit
Penurunan drastis NAB,menjadikan reksa dana yang menjadi primadona sampai Januari 2005 dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,sulit diharapkan bangkit ditahun 2006.
Ada pengalaman,edukasi hingga optimisme.Turunnya inflasi dan hadirnya “inovasi”reksa dana terproteksi yang konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak berkurang mudah2an akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah akibat turun drastic NAB.

(Sumber:Reksa dana sulit kembali berjaya-Joice Tauris Santi,Kompas 24-12-2005 )


     8. Periode  2007
Perkembangan Reksadana pasca “Gempa” tahun 2005
(Sumber:Kenalilah Para Penjaga Brankas Reksadana-Kontan Juli 2007)

Setelah sempat mengalami "Gempa" pada tahun 2005,investor semakin rasional.Investor seolah dipaksa untuk mau belajar .

Memang agak disayangkan,proses belajar menjadi terkesan sangat mahal karena harus mengalami kerugian akibat sikap emosional diawalnya.

Reksadana kembali diminati dan investor semakin cermat.

        9. Periode  2008
REKSADANA KEMBALI BERJAYA 
(Sumber : Tabloid Kontan Januari 2008)



        10. Periode  2009
Industri Reksa Dana Tumbuh 20% di 2010 
(Sumber : Suara Merdeka 26 November 2009) 
Sampai akhir tahun 2009,reksadana masih tetap tumbuh.Dan nilai Akumulasinya mencapai Rp. 110 miliard.Dengan prediksi tersebut,maka dana kelolaan industri reksadana pada akhir tahun 2009 akan naik 48,6% dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp. 74 triliun


 


 
 
 


 








 
 
 


 





 

 
 


 

 

















 









 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


  

Read this document on Scribd: REKSADANA1992-1996