Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 18 produk reksa dana berkinerja negatif dengan level yang ekstrim, yaitu imbal hasil (return) ambles di atas 30% sejak awal November ini.
Beberapa
di antara ke-18 reksa dana itu, dari total reksa dana beredar 1.914
produk, diduga terpapar jatuhnya harga beberapa saham pada periode yang
sama hingga awal pekan ini.
Mengacu
data yang diolah dari Infovesta Utama, dari ke-10 produk dengan kinerja
terburuk, empat di antaranya adalah reksa dana yang dikelola PT Narada
Aset Manajemen, dua adalah kelolaan PT Asia Raya Kapital, dan sisanya
dibentuk oleh beberapa manajer investasi lain.
Beberapa
manajer investasi tersebut terdiri dari PT Lippo Securities Tbk (LPPS),
PT Millenium Capital Management, PT Asanusa Asset Management, dan PT
Treasure Fund Investama.
Data
Infovesta Utama per 18 November, menunjukkan ke-10 reksa dana tersebut
berasal dari reksa dana terbuka baik dari reksa dana saham maupun reksa
dana campuran, dengan rentang pergerakan minus 33,9%-49,19%.
Padahal,
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan pergerakan
sebagian besar saham berkapitalisasi pasar jumbo di bursa mengalami
penurunan lebih tipis pada periode yang sama, yaitu 1,86%, tapi deretan
reksa dana tersebut anjlok dalam.
Dari
sekitar 660 saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 10
saham yang memiliki kinerja negatif ekstrim juga yaitu di atas 40%.
Beberapa
di antaranya adalah PT Terregra Asia EnergyTbk (TGRA) yang turun sampai
-92,05%, PT Dewata FreightinternationalTbk (DEAL) -88,83%, PT Forza
Land Indonesia Tbk (FORZ) -72,51%, dan beberapa saham lain.
Pada Rabu ini (20/11/2019), BEI kembali
melakukan penghentian sementara perdagangan (suspensi) dua saham baik
di pasar reguler maupun pasar tunas seiring dengan penurunan harga saham
kumulatif yang signifikan.
Keduanya yakni saham Forza Land dan Waran Seri I Forza Land Indonesia (FORZ-W), serta Dewata Freightinternational dan Waran Seri I Freightinternational (DEAL-W). Padahal, saham Forza baru dibuka Selasa kemarin dari suspensi Senin, tapi langsung kena penolakan sistem auto reject bawah penolakan sistem yakni minus 24,63% di level Rp 202/saham.
Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta,
menilai bahwa kemungkinan reksa dana yang mengalami penurunan kinerja
cukup ekstrim dapat disebabkan oleh penurunan kinerja saham-saham yang
juga cukup signifikan pada periode tersebut.
"Kalau yang [berkinerja ekstrim negatif dalam periode] 1 bulan terakhir iya, most likely dari kejatuhan saham gorengan."
TIM RISET CNBC INDONESIA
No comments:
Post a Comment