Jakarta, CNBC Indonesia - Agen penjual reksa dana (Aperd) berbasis fintech PT
Bareksa Portal Investasi melakukan pembekuan pembelian sementara oleh
nasabah atas dua reksa dana yang dikelola PT Narada Aset Manajemen,
yaitu Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I.
Berdasarkan
keterangan di situs Bareksa, Kamis malam (14/11/19), pembekuan
sementara (suspensi) pembelian oleh nasabah dilakukan pada Narada Saham
Indonesia yang merupakan reksa dana saham dan Narada Campuran I yang
berbentuk reksa dana campuran.
Penyebab
suspensi adalah pertimbangan perseroan terhadap kinerja dua produk
Narada Aset Manajemen dalam 3 hari terakhir yang anjlok.
Chief Business Development Bareksa,
Ni Putu Kurniasari, mengatakan, suspensi pembelian produk Narada Saham
Indonesia dan Narada Campuran I akan berlaku mulai Kamis kemarin, 14
November 2019.
"Suspensi sementara akan diberlakukan hingga ada klarifikasi lebih lanjut dari pihak manajer investasi," ujarnya.
Meskipun
suspensi diberlakukan kepada aksi beli investor, tetapi investor yang
ingin menjual kedua reksa dana masih dapat dilakukan seperti biasa.
Berdasarkan
data di situs yang sama, diketahui nilai aktiva bersih per unit
(NAB/unit) Narada Saham Indonesia per akhir 2018 berada pada 1.663, dan
berada pada rentang 1.559-1.693 hingga akhir Oktober.
Pada
1 November, NAB/unit reksa dana tersebut berada pada 1.683/unit. Namun
sehari setelahnya, NAB/unit tersebut turun 2,26% menjadi 1.645/unit
hingga turun beruntun sampai ke 870,75/unit semalam (14/11/19).
Dihitung
dari posisi 1.679/unit pada akhir Oktober, maka koreksi yang terjadi
adalah sebesar 48,18%. Hingga akhir Oktober, dana kelolaan produk itu
tercatat Rp 884,29 miliar.
Hal
serupa juga terjadi pada NAB/unit Narada Campuran I, di mana penurunan
terjadi hingga 786/unit kemarin (13/11/19) dari 1.347/unit. Dana
kelolaan reksa dana tersebut adalah Rp 348,14 miliar.
Dalam lembar fakta (fact sheet)
Narada Saham Indonesia periode September 2019, ditunjukkan bahwa lima
portofolio terbesar produk itu adalah saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO),
PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), dan PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA).
Dua saham lain adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT
Waskita Karya Tbk (WSKT).
Fact sheet Narada
Campuran I menunjukkan lima portofolio terbesar produk itu adalah saham
TGRA, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan Sukuk PT Indosat Tbk (ISAT).
Sebelumnya,
salah satu manajer investasi yaitu PT Minna Padi Aset Manajemen baru
disuspensi penjualan reksa dananya. Meskipun sama-sama suspensi, tetapi
penghentian penjualan reksa dana Minna Padi Aset Manajemen dijatuhkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hingga saat ini manajemen Narada Aset diketahui belum memberikan pernyataan kepada Bareksa terkait kinerja dua produk tersebut.
"Sembari
menunggu klarifikasi dari Narada Aset Manajemen sebagai pengelola dana,
investor bisa mempertimbangkan beberapa strategi termasuk memindahkan
portofolionya ke produk lain. Meski begitu, Bareksa menyerahkan semua keputusan investasinya kepada nasabah yang memiliki kedua reksadana tersebut," tulis Bareksa dalam situsnya.
CNBC Indonesia sudah mencoba menghubungi Vice President Marketing Communications Narada Aset Manajemen Jalaludin Miftah, namun hingga kini belum ada jawaban terkait suspensi Bareksa ini.
No comments:
Post a Comment